Gue mau nanya, dan tolong langsung jawab dengan jujur, ya...
- Kalo misal lo lagi jalan, terus liat cewek cantik jalan sama om-om, lo bakal mikir gimana?
- Kalo misal lo liat cowok ganteng lagi gandengan sama cewek yang (maaf) gendut banget, lo bakal mikir apa?
- Kalo misal lo liat orang tattoo-an di seluruh badan, lo bakal mikir dia siapa?
Apakah
jawaban kalian cenderung negatif? Misal jawaban-jawaban kalian gini,
"Om-omnya pasti tajir, dan ceweknya matre", "Cewek itu pasti bisa
ngebiayain hidup cowoknya", "Ah.. Orang bertattoo ini sih jelas preman
pengangguran!"
Kalo
itu yang ada di dalam pikiran kalian, gue mau bilang, kenapa sih harus
berburuk sangka? Tapi kalo di dalam pikiran kalian adalah hal-hal yang
positif, syukurlah.. Kalian nggak nambah dosa.
Kebetulan
gue pernah ketemu dengan mereka-mereka yang gue jadiin obyek
pertanyaan-pertanyaan di atas. Dan gue bakal nyeritain soal mereka.
Yang
pertama, sebut aja namanya Ningsih. Cewek cantik ini adalah seorang
model majalah fauna yang lumayan gede di Indonesia. Cewek ini dulunya
nggak punya orang tua. Dia dibesarkan di panti asuhan hingga SMP. Lalu,
Ningsih temenan sama anaknya si om tadi. Si om ini kebetulan nggak punya
anak cewek. Melihat masa lalu si Ningsih, om ini merasa terharu, lalu
berniat untuk jadi orang tua asuh Ningsih. Ningsih dibiayain kuliahnya.
Hingga akhirnya Ningsih lulus dan meniti karier modelingnya. Ya,
hubungan Ningsih dan si om ini tidak lebih dari sekedar anak dan orang
tua angkatnya. Malu nggak lo yang udah mikir aneh-aneh?
Yang
kedua, sebut saja pasangan ini namanya Ningsih dan Supri. Ningsih sama
Supri udah pacaran dari SMP. Saat mereka masih sama-sama kere. Lalu,
setelah lulus dari jenjang pendidikan, mereka merantau di Jakarta.
Ningsih setulus hati membantu Supri menjalani usaha yang dirintisnya.
Sampai akhirnya usaha Supri sukses. Di saat Supri sudah sukses dan
tajir, dia tidak berpaling kepada cewek lain. Dia masih bertahan dengan
Ningsih, meskipun di luar masih banyak cewek yang lebih cantik dan lebih
seksi daripada Ningsih. Supri percaya, dia bisa setangguh itu karena
selalu ada Ningsih di sampingnya. Mungkin, kalo Supri berpaling kepada
wanita yang berbeda, kariernya bakal hancur juga. Karena mungkin, wanita
lain tidak bisa memberi Supri kekuatan untuk berjuang seperti yang
Ningsih berikan. So, pasangan cowok ganteng dan cewek (maaf) gendut
banget itu bukan diikat oleh alasan finansial. Tapi karena ada kebutuhan
jiwa di sana. Malu nggak lo yang udah mikir aneh-aneh?
Yang
ketiga, sebut saja Harno. Badannya penuh tattoo. Apa dia tattoo-an buat
keren-kerenan? Tidak. Dia menganggap tattoo dari sisi seni. Iya, Harno
adalah seorang seniman kreatif yang karyanya sudah dinikmati jutaan
orang. Apa dia preman yang berbahaya? Tidak. Dia mengumpulkan uang bukan
dari merugikan atau menyakiti orang. Dia menjual karya seninya. Justru,
dibalik tubuh yang penuh gambar seram itu, ada hati yang mulia. Harno
membuka sekolah gratis untuk adik-adik yang kurang beruntung. Memberikan
mereka ilmu tanpa memberi ijazah. Tapi, gue juga setuju, ilmu lebih
penting daripada ijazah. Harno mau menyisihkan waktunya untuk membantu
adik-adik yang kurang beruntung di luar sana. Malu nggak lo yang udah
mikir aneh-aneh?
Prasangka
ada dua jenisnya. Ada Prasangka positif (khusnudzon), dan prasangka
negatif (suudzon). Nah, elo termasuk orang yang sering miara khusnudzon
atau suudzon?
Gue
heran sama beberapa orang yang bisa membenci orang lain tanpa pernah
bertemu atau kenal secara langsung sama orang yang mereka benci. Contoh
kasusnya, hampir tiap hari selalu adaaaaaaa aja orang yang tiba-tiba
maki-maki gue di social media. Ntah kenapa.. Ada juga orang yang bisa
benci banget sama orang berfollower banyak, tanpa pernah bertemu atau
kenal dengan orang itu secara pribadi. Bahkan ada orang yang secara
frontal ngatain "sampah" ke gue. Gue bingung, atas dasar apa dia ngatain
gue sampah? Apa dia pernah ngelakuin hal yang lebih berguna daripada
yang pernah gue lakuin? Apakah dia merasa sebegitu berharganya sampai
bisa ngatain orang lain sampah?
Biasanya,
gue diemin aja orang-orang yang kayak gitu, biar ntar kalo dia tau
kenyataannya nggak sesuai persepsi dia, dia bakal malu sendiri. Gue
ngerasa nggak perlu ngasih klarifikasi apa-apa kepada orang yang isi
kepalanya limbah gitu. Mereka jadi suka ama gue juga nggak ngaruh, benci
ama gue karena asumsi pribadi juga gue nggak peduli. Toh kelamaan
berprasangka buruk juga dosanya bakal ditanggung sendiri. Lagian,
orang-orang yang terlalu benci sama orang yang belum bener-bener dia
kenal, ntar bakal malu sama diri sendiri saat asumsi dia ternyata
terbukti tidak benar.
Oke..
Karena gue sering dicurhatin pembaca via email tentang judgement orang
lain yang sempet bikin mereka down, hari ini gue bakal ngeshare beberapa
tip menghadapi prasangka buruk orang. Here they are:
1. Dibilang Sombong
Lewat
depan rumah tetangga, pake mobil baru. Terus tetangga teriak, "SOMBONG
LO!" atau "PAMER LO!". Nggak usah heran. Lo nggak salah apa-apa kok.
Orang mobilnya dipake sewajarnya ini. Kalo menurut tetangga lo, make
mobil itu dibilang pamer, berarti dia yang bego. Ya kali orang beli
mobil terus disuruh nyimpen mobilnya di ruang tamu mulu buat asbak.
Banyak
orang salah kaprah mengartikan pamer, atau bahkan terlalu mudah ngatain
orang pamer. Padahal, biasanya orang yang terlalu mudah ngatain pamer
itu karena dia sendiri ngerasa minder. Apa yang dilihat orang-orang
semacam ini cuma "hasil"nya doang, bukan "proses"nya. Jadinya, dia nggak
bakal belajar apa-apa dari pencapaian lo.
Kalo dikatain sombong atau pamer sama orang, jangan langsung down. Gue kasih tau bedanya PAMER dan NGGAK PAMER ya..
GAK
PAMER itu contohnya gini: "Ini mobil gue, gue dapetin berkat jualan
betadine di Jalur Gaza selama 3 taun. Gue yakin lo bakal bisa beli mobil
juga, kalo mau berusaha."
PAMER: "Eh.. Gue abis dibeliin mobil bokap. Lo gak dibeliin mobil bokap lo, kan? Bokap lo kan kere.. Bweeekk!!"
Jadi,
selama yang lo lakuin itu bukan yang bertujuan buat menghina atau
merendahkan orang, artinya elo nggak sombong. Kalo lo dikatain sombong
saat lo nggak ngerendahin dia, artinya dia sudah rendah diri bahkan saat
tidak direndahin. Yup. Dia yang minder, jadi lo nggak perlu ikut repot.
Cuekin aja.
2. Direndahkan Karena Penampilan
Gue
pernah dateng ke kios penjualan gadget gitu di sebuah mall besar. Saat
itu gue dateng cuma pake celana pendek dan sendal jepit. Nah, gue
nyobain beberapa gadget di sana, terus gue nanya harganya kepada yang
jaga. Pertanyaan pertama, dijawab biasa aja. Pertanyaan harga gadget
kedua, dijawab agak males-malesan. Pas gue ngetest laptop, terus mau
nanya harganya, penjaga kios itu cuek aja pas gue panggil. Pas gue
panggil agak kencang, dia noleh dan nanya, "Ya? Ada apa?" Mukanya jutek
abis.
"Ini.. Laptopnya harganya berapa ya?" Tanya gue sambil nunjuk sebuah laptop terbaru keluaran Amrik itu.
Ekspresi jutek penjaga kios itu nggak berubah, masih jutek. Dia malah balik nanya, "Hmm.. Mau beli apa nanya-nanya doang?"
Oke.. Di titik itu, gue sebel banget. Gue pun jawab, "Mau beli!"
Penjaga kios itu menyilangkan tangan di depan dada. "Harganya 21 juta."
"Oke. Gue mau beli!" Jawab gue.
"Mau bayar pake apa?" Si penjaga kios songong ini nanya dengan nada yang sangat meremehkan.
"PAKE DUIT LAH!" Gue kebawa emosi.
"Maksud saya, mau dibayar cash atau kartu kredit?"
Gue lumayan malu karena kebawa emosi. "Err.. Pake debit card."
Mendengar
jawaban gue, penjaga kios itu kembali memberi tatapan remeh, "Debit
card? Bukannya batas transaksi debit cuma 10 juta ya?"
Gue
keluarin dompet, nyabut kartu debit gue, terus gue tunjukin ke dia.
"Debit card gue platinum." Di sini, dia gue skak mat. Ekspresi dia
berubah, seketika dia mendadak jadi ramah.
Oke,
maksud gue dari cerita di atas adalah, saat kita diremehkan orang
karena penampilan, biarin aja. Diemin aja, nanti pas ada timing yang
pas, kita "banting" persepsi dia dengan bukti yang nyata kalo penilaian
dia salah. Memang perlu kesabaran sih, tapi membalas prasangka buruk
orang dengan bukti nyata itu lebih nikmat daripada cuma ngelawan dengan
kata-kata. Kebayang nggak malunya kalo kelak kita kesusahan dan terpaksa
minta tolong orang yang pernah kita remehkan? Hihihi!
3. Dimusuhin Karena Omongan Orang
Pernah
nggak lo dibenci temen mantan lo karena mantan lo cerita semua tentang
kejelekan lo yang (mungkin) belum tentu benar? Apa lo harus down karena
hal itu? Enggak.
Orang
yang benci orang lain dengan berdasarkan omongan orang lain doang itu
analoginya kayak orang yang pengin tau rasanya kue donat, tapi dia nggak
nyoba kue donatnya itu sendiri. Melainkan dia merasakan kue donat yang
udah dikunyah sama orang lain. So, biarin aja orang yang benci elo
karena omongan orang itu. Yang jelas, elo tau, kalo kualitas mental dia
itu emang cuma segitu. Percaya sama omongan orang, tapi nggak mau
mencari sendiri fakta yang ada. Orang kayak gini, nggak perlu
diseriusin.
Oke..
Inti dari semua yang gue tulis di atas itu adalah, berprasangka baik
akan membuat kita nyaman dengan siapa aja. Sebaliknya, prasangka buruk
akan membuat hidup kita penuh dengan ketakutan maupun kebencian. Dan
buat teman-teman yang sering kena prasangka buruk, pesan gue: "Nggak
perlu dengerin omongan jelek orang yang nggak pernah ngasih nasi."
Biarin aja mereka berprasangka sesuka mereka, toh waktu yang bakal
membuktikan prasangka itu benar atau tidak.
So,
this is the end of the post. Kalo kalian mau berbagi pengalaman soal
diprasangkain buruk sama orang, silakan share cara kalian menghadapinya
di comment box ya!
Thanks for reading! :D http://www.shitlicious.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar